Taat dan Mujizat

Sunday Service | Mt. Zion Church | 8 July 2018

 

Selain percaya bahwa Allah berkuasa untuk mengadakan mujizat, ternyata umat Tuhan juga harus belajar untuk taat terhadap instruksi yang diberikan oleh Allah! Berulang kali Firman Tuhan menunjukkan dan mengajarkan bahwa ketaatan memimpin kepada mujizat. Untuk membuat mujizat menjadi nyata, ternyata Tuhan juga ingin melibatkan umat-Nya untuk melakukan tindakan iman yang tidak masuk akal dan tidak sesuai dengan kapasitas pikiran kita. Namun justru di saat itulah Tuhan ingin memegang tangan kita dan membawa langkah kita menuju pada mujizat!

Ketika bangsa Israel mengalami kelaparan, Tuhan menyuruh Elia untuk pergi ke daerah Sarfat dan tinggal bersama dengan keluarga seorang janda yang miskin. Menampung orang lain di tengah kondisi yang susah dan sulit adalah suatu tantangan yang berat. Apalagi janda itu hanya memiliki segenggam tepung dan sedikit minyak. Tidak ada lagi persediaan ataupun cadangan makanan lainnya. Namun ketika janda itu memilih untuk taat akan instruksi Tuhan yang disampaikan melalui nabi-Nya, maka terjadi mujizat yang LUAR BIASA! Tepung dalam tempayan tidak habis dan minyak dalam buli-buli tidak berkurang!

 

Maka datanglah firman TUHAN kepada Elia: “Bersiaplah, pergi ke Sarfat yang termasuk wilayah Sidon, dan diamlah di sana. Ketahuilah, Aku telah memerintahkan seorang janda untuk memberi engkau makan.” Sesudah itu ia bersiap, lalu pergi ke Sarfat. Setelah ia sampai ke pintu gerbang kota itu, tampaklah di sana seorang janda sedang mengumpulkan kayu api. Ia berseru kepada perempuan itu, katanya: “Cobalah ambil bagiku sedikit air dalam kendi, supaya aku minum.” Ketika perempuan itu pergi mengambilnya, ia berseru lagi: “Cobalah ambil juga bagiku sepotong roti.” Perempuan itu menjawab: “Demi TUHAN, Allahmu, yang hidup, sesungguhnya tidak ada roti padaku sedikitpun, kecuali segenggam tepung dalam tempayan dan sedikit minyak dalam buli-buli. Dan sekarang aku sedang mengumpulkan dua tiga potong kayu api, kemudian aku mau pulang dan mengolahnya bagiku dan bagi anakku, dan setelah kami memakannya, maka kami akan mati.” Tetapi Elia berkata kepadanya: “Janganlah takut, pulanglah, buatlah seperti yang kaukatakan, tetapi buatlah lebih dahulu bagiku sepotong roti bundar kecil dari padanya, dan bawalah kepadaku, kemudian barulah kaubuat bagimu dan bagi anakmu. Sebab beginilah firman TUHAN, Allah Israel: Tepung dalam tempayan itu tidak akan habis dan minyak dalam buli-buli itupun tidak akan berkurang sampai pada waktu TUHAN memberi hujan ke atas muka bumi.” Lalu pergilah perempuan itu dan berbuat seperti yang dikatakan Elia; maka perempuan itu dan dia serta anak perempuan itu mendapat makan beberapa waktu lamanya. Tepung dalam tempayan itu tidak habis dan minyak dalam buli-buli itu tidak berkurang seperti firman TUHAN yang diucapkan-Nya dengan perantaraan Elia. 1Raja-raja 17:8-16

 

JANGAN TAKUT!

 

Oleh pimpinan Tuhan, Elia datang di saat yang tepat dan terbaik, yaitu ketika janda tersebut sudah putus harap dan terkurung dalam ketakutan! Yang membutuhkan mujizat sebetulnya bukan hanya keluarga janda tersebut, melainkan juga Elia. Namun ada sikap yang berbeda di antara Elia dan janda itu. Elia tidak hidup di dalam ketakutan namun janda tersebut sudah putus asa dan bersiap untuk menyerah dan mati karena dia tidak melihat lagi adanya harapan untuk hidup! Kitab Amsal mengajarkan bahwa hati yang gembira adalah obat yang manjur, tetapi semangat yang patah mengeringkan tulang Ams17:22. Orang Israel suka menggunakan istilah tulang yang kering untuk menggambarkan tidak adanya lagi pengharapan Yeh37:11. Orang yang tidak percaya kepada Allah, juga kuasa-Nya untuk mengadakan mujizat, akan hidup di dalam ketakutan dan keputusasaan! Sikap seperti ini amat sangat merugikan dan menghancurkan, bahkan juga akan menghalangi terjadinya mujizat dan pertolongan Tuhan! Minggu yang lalu kita telah belajar bagaimana kita harus PERCAYA dan SELALU PERCAYA bahwa Tuhan sanggup mengadakan mujizat bahkan di tengah keadaan yang menurut kita mustahil. Iman seperti ini akan membuat manusia rohani kita terus BANGKIT dan BERHARAP akan kuasa pertolongan Tuhan di dalam hidup kita. Sebaliknya, sikap yang menyerah akan menjadi keuntungan bagi si iblis untuk terus menembakkan panah berapi dan semakin menghancurkan kehidupan seseorang! Tuhan mau mengangkat kita ke atas gunung batu, Tuhan rindu untuk menegakkan kepala kita supaya kita dapat memandang kepada-Nya Maz27:5-8. Jangan pernah menyerah dengan kesulitan apapun yang ada di depan kita.

 

Sebab Ia melindungi aku dalam pondok-Nya pada waktu bahaya; Ia menyembunyikan aku dalam persembunyian di kemah-Nya, Ia mengangkat aku ke atas gunung batu. Maka sekarang tegaklah kepalaku, mengatasi musuhku sekeliling aku; dalam kemah-Nya aku mau mempersembahkan korban dengan sorak-sorai; aku mau menyanyi dan bermazmur bagi TUHAN. Dengarlah, TUHAN, seruan yang kusampaikan, kasihanilah aku dan jawablah aku! Hatiku mengikuti firman-Mu: “Carilah wajah-Ku”; maka wajah-Mu kucari, ya TUHAN. Mazmur 27:5-8

 

MENGUTAMAKAN TUHAN DI ATAS SEGALA-GALANYA

 

Ada hal penting yang harus kita pelajari melalui kisah mujizat yang dialami janda Sarfat. Tuhan ingin supaya janda tersebut belajar untuk mengutamakan Tuhan lebih daripada masalah yang dialaminya! Elia tahu bahwa keadaan keluarga janda tersebut sudah sangat mengenaskan, namun bagaimanapun juga Elia harus menyampaikan perintah Tuhan yang telah ditaruh di mulutnya dan meminta janda tersebut untuk menyediakan roti bagi nabi Tuhan terlebih dahulu! Instruksi ini sangat penting dan menentukan. Orang beriman harus selalu belajar untuk mengutamakan Tuhan, bukan hanya di saat-saat suka melainkan juga di tengah kesusahan.

 

Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu. Matius 6:33

Muliakanlah TUHAN dengan hartamu dan dengan hasil pertama dari segala penghasilanmu, maka lumbung-lumbungmu akan diisi penuh sampai melimpah-limpah, dan bejana pemerahanmu akan meluap dengan air buah anggurnya. Amsal 3:9-10

 

Bagi Tuhan sebenarnya tidak sulit untuk membuat mujizat apa saja, bagi siapa saja, bahkan juga kapan saja. Namun ada hal yang lebih penting untuk diperhatikan yaitu hasil apa yang dapat terjadi melalui mujizat tersebut! Mujizat yang terjadi harus diresponi dengan pertobatan dan pertumbuhan rohani. Kalau tidak demikian, maka mujizat hanya tinggal sejarah yang tua dan usang. Bahkan Tuhan Yesus sendiri mengecam kota-kota yang tidak mau bertobat sekalipun ada banyak mujizat di sana!

 

Lalu Yesus mulai mengecam kota-kota yang tidak bertobat, sekalipun di situ Ia paling banyak melakukan mujizat-mujizat-Nya: “Celakalah engkau Khorazim! Celakalah engkau Betsaida! Karena jika di Tirus dan di Sidon terjadi mujizat-mujizat yang telah terjadi di tengah-tengah kamu, sudah lama mereka bertobat dan berkabung. Matius 11:20-21

 

Seperti Tuhan ingin mengajari janda Sarfat untuk mengutamakan Tuhan, demikian pula kita harus selalu belajar untuk mengutamakan Tuhan sehingga kita dapat memperoleh hasil yang baik dan kekal melalui mujizat yang akan kita terima! Mengutamakan Tuhan berarti tidak membiarkan masalah-masalah yang ada menghabiskan seluruh waktu, perhatian, dan tenaga kita. Mengutamakan Tuhan berarti belajar memberikan waktu yang terbaik untuk berseru-seru kepada Tuhan, mencari wajah-Nya dan mengikuti Firman-Nya. Mengutamakan Tuhan berarti mau belajar memikul salib dan mematikan kedagingan kita, membuat hati Tuhan senang di atas segala target hidup kita!

Yang semula ada dalam pikiran janda Sarfat itu adalah mencari kayu bakar, membuat roti terakhir untuk dirinya dan anaknya, lalu tamatlah segalanya. Namun Tuhan ingin merombak dan menghancurkan segala pikiran dan siasat keputusasaan dengan tindakan iman untuk mengutamakan Tuhan. Di tengah masalah dan pergumulan, seringkali manusia mudah terobsesi dengan kesedihan, mengasihani diri sendiri, bingung mencari jalan keluar sendiri, dan semua hal ini membuat orang itu tidak terlalu serius lagi dalam berdoa dan berseru pada Tuhan! Namun ketika Elia menyuruhnya untuk membuat roti bagi dirinya lebih dulu, maka di waktu-waktu itulah janda Sarfat mengizinkan Tuhan untuk mengolah dirinya, merombak segala kekeliruan yang telah diperbuatnya, dan benar-benar belajar untuk menempatkan Tuhan sebagai yang nomor satu di dalam hidupnya!

Ketaatan kita pada perintah Tuhan adalah sikap iman kita untuk mengutamakan Tuhan lebih daripada pikiran dan strategi kita sendiri! Sebelum Tuhan membelah Laut Teberau, Tuhan menyuruh Musa untuk membawa orang Israel berkemah di tepi laut. Menurut akal manusia hal itu adalah tindakan bodoh dan mengurung diri sendiri. Firaun akan berpikir bahwa orang Israel dungu dan tersesat. Bahkan juga Musa sebagai seorang pemimpin dan seorang terkemuka di Mesir juga akan berpikir yang sama. Namun ternyata melalui ketaatan itulah Musa dan seluruh bangsa Israel melihat dan mengalami mujizat yang luar biasa!

 

Berfirmanlah TUHAN kepada Musa, demikian: “Katakanlah kepada orang Israel, supaya mereka balik kembali dan berkemah di depan Pi-Hahirot, antara Migdol dan laut; tepat di depan Baal-Zefon berkemahlah kamu, di tepi laut. Maka Firaun akan berkata tentang orang Israel: Mereka telah sesat di negeri ini, padang gurun telah mengurung mereka. Aku akan mengeraskan hati Firaun, sehingga ia mengejar mereka. Dan terhadap Firaun dan seluruh pasukannya Aku akan menyatakan kemuliaan-Ku, sehingga orang Mesir mengetahui, bahwa Akulah TUHAN.” Lalu mereka berbuat demikian. Keluaran 14:1-4

 

Sebelum Tuhan Yesus membuat mujizat air berubah menjadi anggur, Tuhan juga menyuruh para pelayan untuk mengisi tempayan dengan air yang biasa dipakai untuk mencuci kaki para tamu pesta. Seandainya Tuhan menyuruh untuk melakukan sesuatu yang masuk akal maka akan lebih mudah bagi kita untuk taat dan melakukannya. Namun justru di sinilah ketaatan kita diuji, yaitu ketika kita lebih memilih untuk taat pada perintah Tuhan yang TIDAK MASUK AKAL! Sebenarnya Tuhan juga bisa, bahkan terlalu mampu, untuk menciptakan anggur baru TANPA bahan mentah apapun. Air pencuci kaki sebenarnya bukanlah bahan mentah yang diperlukan Tuhan Yesus untuk mengadakan anggur, namun yang penting adalah KETAATAN!

 

Ketika mereka kekurangan anggur, ibu Yesus berkata kepada-Nya: “Mereka kehabisan anggur.” Kata Yesus kepadanya: “Mau apakah engkau dari pada-Ku, ibu? Saat-Ku belum tiba.” Tetapi ibu Yesus berkata kepada pelayan-pelayan: “Apa yang dikatakan kepadamu, buatlah itu!” Yohanes 2:3-5

 

Mari kita sama-sama terus belajar untuk TAAT kepada apa yang dikatakan Tuhan kepada kita! Baik yang kita terima langsung dari Tuhan melalui jam-jam doa kita, melalui persekutuan kita dengan Firman Tuhan, melalui ibadah, ataupun melalui orang-orang yang Tuhan tempatkan di sekeliling kita, melalui pemimpin juga pembimbing rohani kita. Belajar untuk TAAT sekalipun kita belum bisa mengerti dan memahami mengapa kita harus melakukan hal itu.

Bagi manusia secara jasmani dibutuhkan untuk mengerti lebih dulu, menerima penjelasan lebih dulu, dan kemudian taat. Namun dari segi manusia rohani ternyata kita harus belajar untuk taat sekalipun masih belum bisa kita mengerti. Yang diinginkan Tuhan hanyalah supaya kita PERCAYA akan kuasa-Nya dan TAAT kepada apa yang dikatakan-Nya kepada kita. AMIN.


Comments are closed.

Comments are closed.