Perjamuan Syukur di Atas Kapal

1 APRIL: Pembacaan Alkitab: Hakim-hakim 13-15 & Kisah Rasul 27:27-44

 

Di tengah ombak, tiada kepastian, menahan lapar 14 hari, bukanlah pengalaman yang menyenangkan. Rasa-rasanya tidak ada yang patut disyukuri atas situasi yang tidak menentu seperti itu. Namun justru dalam keadaan krisis itulah Paulus mengajak seluruh penumpang untuk menarik diri dari kepanikan, menenangkan pikiran dari ketakutan, mulai memperhatikan kondisi kesehatan masing-masing, lalu MENGUCAP SYUKUR pada Allah. Paulus melakukan sama persis seperti yang Tuhan Yesus lakukan, mengambil roti & memecah-mecahkannya. Bukan hanya roti yang dia bagikan melainkan juga mengimpartasikan roh yang tenang, pengucapan syukur & damai sejahtera bagi semua penumpang!

// Karena itu aku menasihati kamu, supaya kamu makan dahulu. Hal itu perlu untuk keselamatanmu. Tidak seorangpun di antara kamu akan kehilangan sehelaipun dari rambut kepalanya.” Sesudah berkata demikian, ia mengambil roti, MENGUCAP SYUKUR kepada Allah di hadapan semua mereka, memecah-mecahkannya, lalu mulai makan. Maka kuatlah hati semua orang itu, dan merekapun makan juga. (Kisah Rasul 27:34-36) //

Di tengah hempasan ombak & tantangan kehidupan kita tidak boleh membiarkan semua masalah itu merampas waktu & perhatian kita sehingga tidak ada lagi waktu untuk duduk diam di bawah kaki Tuhan. Kadang kita membiarkan khawatir memenuhi kepala & hati sehingga tidak sempat lagi memberi makan diri sendiri baik makanan jasmani juga makanan rohani. Kekuatan ilahi & jalan keluar justru dinyatakan ketika kita mau menarik diri untuk datang di hadapan Tuhan dengan rendah hati & MENGUCAP SYUKUR atas pertolongan Tuhan yang sudah, sedang & akan dinyatakan bagi kita. Mari memenuhi mulut kita dengan ucapan syukur karena itu adalah AWAL pertolongan Allah berikutnya!

// Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu. (1Tesalonika5:18) //

Tags: ,

Comments are closed.

Comments are closed.