Sacred Marriage – Matius 19:3-9

SUNDAY, 11 FEBRUARY 2018

 

Allah membenci perceraian Mal2:16! Pernikahan adalah rencana Allah yang indah bagi umat-Nya. Bahkan Tuhan memakai pernikahan sebagai simbol hubungan antara Kristus dan jemaat Ef5:31-32. Pada praktiknya mungkin ada banyak masalah yang dapat timbul dalam pernikahan dan keluarga, meskipun demikian perceraian bukanlah jalan keluar yang benar dan tidak memperkenankan hati Allah! Orang-orang Farisi mencobai Tuhan Yesus dengan pertanyaan tentang perceraian. Dengan kuasa dan hikmat surgawi, Tuhan Yesus menjelaskan bahwa apa yang telah dipersatukan Allah tidak boleh diceraikan manusia. Tuhan Yesus juga menjelaskan apa yang SEJAK SEMULA dimaksudkan oleh Allah melalui pernikahan.

 

3 Maka datanglah orang-orang Farisi kepada-Nya untuk mencobai Dia. Mereka bertanya: “Apakah diperbolehkan orang menceraikan isterinya dengan alasan apa saja?” 4 Jawab Yesus: “Tidakkah kamu baca, bahwa Ia yang menciptakan manusia sejak semula menjadikan mereka laki-laki dan perempuan? 5 Dan firman-Nya: Sebab itu laki-laki akan meninggalkan ayah dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya itu menjadi satu daging. 6 Demikianlah mereka bukan lagi dua, melainkan satu. Karena itu, apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia.” 7 Kata mereka kepada-Nya: “Jika demikian, apakah sebabnya Musa memerintahkan untuk memberikan surat cerai jika orang menceraikan isterinya?” 8 Kata Yesus kepada mereka: “Karena ketegaran hatimu Musa mengizinkan kamu menceraikan isterimu, tetapi sejak semula tidaklah demikian. 9 Tetapi Aku berkata kepadamu: Barangsiapa menceraikan isterinya, kecuali karena zinah, lalu kawin dengan perempuan lain, ia berbuat zinah.” Matius 19:3-9

 

SEJAK SEMULA TIDAKLAH DEMIKIAN

 

Umat Tuhan harus memiliki prinsip Alkitabiah yang jelas dan tegas dalam menghadapi segala persoalan hidup! Dunia ini, dengan segala kebudayaan dan trend yang ada dan terus berubah, dapat memberikan pengaruh yang tidak baik bahkan membuat rencana Allah menjadi BIAS dan melenceng! Sebab itu umat Tuhan harus melekat dan bertumbuh dalam Firman karena dunia ini dengan segala isinya akan berlalu namun hanya Firman Tuhan yang tinggal tetap Luk21:33, 1Yoh2:15-17.

Yang menjadi patokan orang Farisi pada saat itu adalah hukum Musa yang memang pernah menyebutkan tentang surat cerai Ulg24:1-4. Namun Tuhan Yesus menunjukkan bahwa hal itu terjadi karena ketegaran hati bangsa Israel yang menganggap perceraian sebagai jalan keluar. Kalau saja orang Farisi mau memperhatikan segenap kebenaran Firman Allah maka mereka tidak perlu menanyakan hal itu karena di dalam Wasiat Lama sekalipun (Kejadian-Maleakhi) kita sudah dapat melihat isi hati Allah yang membenci perceraian! Firman yang diambil sepotong-sepotong dapat diputarbalikkan begitu saja dan malah menjadi jerat yang membinasakan diri orang itu sendiri 2Pet3:16.

Dalam segala persoalan yang kita hadapi, sangat penting untuk kembali pada Firman dan melihat apa yang Allah katakan mengenai hal tersebut karena Firman Allah adalah kebenaran yang paling tinggi Yoh17:17 dan kekal 1Pet1:23. Memahami dan menangani segala sesuatu dari perspektif Firman Allah akan menolong kita untuk menghadirkan Kerajaan Surga di atas muka bumi ini Mat6:10.

 

ALLAH MEMBENCI PERCERAIAN

 

Tuhan mengajarkan kasih dan kesetiaan, BUKAN kebencian dan perceraian! Di hadapan Tuhan, pernikahan adalah perjanjian yang kudus di antara suami dan istri untuk hidup bersama menggenapkan rencana Allah melalui pernikahan tersebut. Di zaman pelayanan Maleakhi, hidup orang Israel dipenuhi dengan air mata, tangisan, dan rintihan! Tuhan tidak mau melihat apalagi menerima persembahan meraka. Dan semua nasib buruk itu disebabkan karena orang-orang itu tidak setia kepada istri seperjanjian.

 

13 Dan inilah yang kedua yang kamu lakukan: Kamu menutupi mezbah TUHAN dengan air mata, dengan tangisan dan rintihan, oleh karena Ia tidak lagi berpaling kepada persembahan dan tidak berkenan menerimanya dari tanganmu. 14 Dan kamu bertanya: “Oleh karena apa?” Oleh sebab TUHAN telah menjadi saksi antara engkau dan isteri masa mudamu yang kepadanya engkau telah tidak setia, padahal dialah teman sekutumu dan isteri seperjanjianmu. 15 Bukankah Allah yang Esa menjadikan mereka daging dan roh? Dan apakah yang dikehendaki kesatuan itu? Keturunan ilahi! Jadi jagalah dirimu! Dan janganlah orang tidak setia terhadap isteri dari masa mudanya. 16 Sebab Aku membenci perceraian, firman TUHAN, Allah Israel–juga orang yang menutupi pakaiannya dengan kekerasan, firman TUHAN semesta alam. Maka jagalah dirimu dan janganlah berkhianat! Maleakhi 2:13-16

 

Allah sangat menghargai pernikahan dan meletakkannya sebagai simbol persatuan antara Kristus dengan jemaat. Allah menjelaskan bahwa pernikahan adalah kesatuan antara kepala dan tubuh. Perceraian berarti memisahkan kepala dari tubuh dan sudah pasti akan membawa banyak dampak yang merugikan kedua pihak (baca Efesus 5:22-24, 28-30). Sekalipun pasangan tersebut adalah pasangan yang tidak seimbang dan terlanjur tidak seiman, Paulus mengajarkan untuk TIDAK mengusahakan perceraian apapun alasannya 1Kor7:10-16.

Kadang orang menyalahartikan perkataan Tuhan Yesus dalam kitab Matius yang sepintas lalu dapat diartikan bahwa perceraian diizinkan apabila terjadi perzinaan Mat5:32, 19:9. Apabila kedua ayat itu dilihat sepintas lalu, apalagi dengan sikap hati yang salah, maka orang dapat menemukan alasan untuk membenarkan dirinya sendiri dan melakukan perceraian. Namun orang beriman yang mengasihi Tuhan dan mau memperhatikan segenap kebenaran Firman Allah akan mengerti bahwa Allah membenci perceraian. Kedua ayat di dalam Matius tersebut dapat dijelaskan dari 2 segi, melalui pendekatan bahasa dan pendekatan latar belakang keempat Injil (Matius, Markus, Lukas, Yohanes).

Dari segi pendekatan bahasa, kita dapat melihat ada 2 macam kata zina yang disebut dalam masing-masing ayat dan ada perbedaan yang jelas antara keduanya.

 

Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang menceraikan isterinya kecuali karena zinah (KJV: fornication, Greek: porneia), ia menjadikan isterinya berzinah (KJV: adultery, Greek: moichaō); dan siapa yang kawin dengan perempuan yang diceraikan, ia berbuat zinah (KJV: adultery, Greek: moichaō). Matius 5:32

Tetapi Aku berkata kepadamu: Barangsiapa menceraikan isterinya, kecuali karena zinah (KJV: fornication, Greek: porneia), lalu kawin dengan perempuan lain, ia berbuat zinah (KJV: adultery, Greek: moichaō).” Matius 19:9

 

Perkataan “kecuali karena zinah” merujuk pada suatu tenggang waktu yang kita kenal saat ini sebagai kurun waktu antara pertunangan dan pernikahan, sebab itu kata yang dipakai adalah porneia. Apabila dalam kurun waktu tersebut salah satu dari pasangan kedapatan melakukan kesalahan seksual maka Tuhan Yesus mengizinkan untuk pasangan tunangan tersebut berpisah (pada waktu itu juga disebut bercerai). Namun setelah pasangan tersebut masuk dalam pernikahan yang sebenarnya maka tidak ada lagi alasan untuk bercerai.

Tradisi Israel ini dapat kita lihat dengan jelas dalam kehidupan Yusuf dan Maria. Ketika Yusuf mendapati Maria telah hamil dalam masa pertunangannya, maka Yusuf berencana untuk menceraikannya. Namun setelah dijelaskan oleh malaikat melalui mimpi maka Yusuf tidak jadi menceraikannya dan melanjutkan pertunangan itu, mengambil Maria menjadi istrinya yang sah, masuk dalam pernikahan yang kudus Mat1:18-25.

Dari segi pendekatan latar belakang keempat Injil, kita dapat menemukan bahwa penjelasan Tuhan Yesus mengenai perceraian dicatat dalam Matius, Markus Mrk10:1-9, dan Lukas Luk16:18. Perkataan “kecuali karena zinah” hanya ada di Matius dan tidak ditemukan dalam Markus dan Lukas. Surat Matius memang ditulis untuk orang percaya bangsa Yahudi yang memang memiliki tradisi pernikahan seperti yang dijelaskan sebelumnya. Sedangkan surat Markus ditujukan untuk orang Romawi yang percaya dan surat Lukas ditujukan pada orang-orang bukan Yahudi (Sumber: Pengantar Kitab dari Full Life Study Bible © 1992 Life Publishers International). Sebab itu Markus dan Lukas tidak mencantumkan perkataan “kecuali karena zinah” yang memang hanya bisa dipahami dengan benar oleh orang Yahudi.

 

KESIMPULAN: PERNIKAHAN YANG KUDUS DAN DIBERKATI

 

Rencana Allah melalui pernikahan adalah keturunan ilahi Mal2:15 (baik secara jasmani terlebih secara rohani – juga diterjemahkan sebagai benih-benih ilahi, buah ilahi, penaburan ilahi – godly seed). Ada rencana ilahi untuk pasangan yang menikah sehingga mereka dapat semakin berbuah-buah untuk Kerajaan Allah dan menaburkan benih-benih ilahi di sepanjang pernikahan tersebut, makin bertumbuh jadi seperti Kristus, merefleksikan hubungan kasih Kristus yang nyata di antara suami dan istri. Iblis pun sadar akan hal ini dan selalu berusaha untuk menghancurkannya dengan menyuntikkan perkara-perkara dosa. Akibat dosa, Adam dan Hawa jadi saling menyalahkan, terjadi perzinahan, kebencian, kemarahan, pencemaran, dan perkara-perkara daging lainnya. Firman Tuhan mengajarkan supaya kita penuh hormat terhadap pernikahan dan tidak mencemarkan kesucian pernikahan Ibr13:4. Pernikahan yang kudus dan tetap kudus akan menerima berkat Allah dengan limpah. Tali tiga lembar tak mudah diputuskan Pkh4:9-12. Kehadiran Tuhan Yesus dalam setiap pernikahan mutlak diperlukan sehingga anggur sukacita mengalir senantiasa Yoh2:10 dan rumah tangga menjadi pernyataan Kerajaan Surga di atas bumi ini. AMIN.

Tags: ,

Comments are closed.

Comments are closed.